15 Feb 2015

Perbedaan & Pergumulan

Ketika perbedaan menjadi perdebatan, maka saat itu rasionalitas dipastikan tak berfungsi.
Adakalanya dalam horizon hidup, manusia tak mau mengerti dengan perbedaan yang ada.
Sudah menjadi mafhum yang umum bahwa apa yang berbeda dengan kita biasanya menjadi ancaman yang akan merusak eksistensi. Lalu, apakah kita harus memusuhi perbedaan? ataukah kita hanya butuh rehat sejenak untuk memahami dengan nurani tentang sesuatu yang lain dari diri kita. Kadangkala memang apa yang menjadi warna hidup kita, tak mampu kita dialogkan dengan warna hidup orang lain. Warna hidup ini bermacam-macam adanya, adakala itu, agama, suku, ras, kulit, adat, istiadat, sampai selera makanan pun sudah menjadi sterotype bagi klimaks identitas diri kita sejak lahir. Kita butuh belajar falsafah hikmah, untuk mengarifi seluruh yang berbeda dengan identitas kita. Sebab, tanpa hikmah dan kearifan yang kita tabung untuk menghadapi gejolak perbedaan, maka dipastikan hidup kita akan jauh dari gemercik air kebahagian.

Boleh jadi, dalam idealitas dan konsepsi teoretis perbedaan dapat dituntaskan, tapi dalam hal realitas faktualnya, kadangkala jauh dari kenyataan. Begitu sulit memahami perbedaan ini, sampai Muhammad Saw, menyebut bahwa "Perbedaan itu adalah Rahmat". Rahmat untuk siapa, rahmat bagi orang yang mau dengan ikhlas menerima perbedaan tersebut, tanpa harus mempermasalhkannya.
Semudah itukah pemahaman tentang perbedaan, yang ujungnya hanya "rahmat". Mudah memang melafaskannya, tapi sulit merealisasikanya. Rahmat dalam term Islam, sederhanyanya adalah pemenuhan "kasih sayang", artinya bagi siapa saja yang menerima perbedaan itu dengan ikhlas, maka dihatinya akan ditanam kasih sayang oleh Tuhan.

0 komentar :

Posting Komentar