10 Sep 2012

HMI CABANG MAKASSAR; AMNESIA ONTOLOGI?

Akhir-akhir ini menurut pengamatan penulis menjadi hari-hari kelesuan dalam dinamika ber-HMI. Aura intelektualitas dan dimensi kejuangan menjadi kabur dan kurang mendapat respon dan apresiasi yang positif terhadap kader-kader HMI. Terbukti bahwa pasca pleno II PB HMI di Semarang sampai saat ini konsolidasi di tingkat grasrot masih sangat rapuh. PB HMI menjadi menara gading yang sulit ditembus oleh seluruh elemen di bawahnya. Kondisi ini menyebabkan efek domina bagi perkembangan dinamisasi perkaderan dan perjuangan yang menjadi ruh HMI. Disamping karena HMI memakai struktur yang sangat birokratis dan hirarkis efek kelesuan itu pun merambah ketingkat cabang-cabang dan parahnya sampai ke tingkat komisariat ternyata.

Apa Kareba HMI Cabang Makassar?
Pasca konferensi ke 41 HMI Cabang Makassar, yang mendaulat Akhi Bahtiar Ali Rambangeng sebagai formatur ketua umum kurang lebih 2 bulan yang lalu, menjadi catatan tersendiri buat penulis bahwa ternyata kapium cabang terbesar di wilayah timur dan menjadi patron HMI Cabang yang ada dalam dekapan Badko Inbagtim pun ternyata terseret pada dinamika yang beku dan tak jelas visi pergerakannya. Kondisi ini diperparah oleh gesekan-gesekan internal yang sampai saat ini menjadi momok yang menakutkan bagi rekayasa perkaderan dan perjuangan dalam konten HMI Cabang Makassar.

Bagi penulis yang memposisikan diri sebagai pengamat, menilai bahwa kader2 HMI Cabang Makassar menagalami Amnesia Ontologis, kata ini sebagaiman kita pahami dipopulerkan oleh Martin Haidegger, dalam analisisnya Haidegger mencurigai manusia modern terkena penyakit amnesia ontologis, suatu kondisi kejiwaan yang lupa akan hakekat ke-diri-an, sehingga melahirkan realitas-realitas palsu yang secara substansial tidak pernah akan melahirkan kebahagian yang sejati, meskipun sebenarnya secara alamiah masyarakat modern itu bahagia, yang direpresntasikan lewat ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Lalu apa hubungannya dengan HMI Cabang Makassar?

Kalau Haidegger menelanjangi masyarakat modern lewat konsep amnesia ontologsinya, maka menurut penulis HMI Cabang Makassar sudah seharusnya juga di bugili lewat konsepsi terebut, bagi penulis HMI Cabang Makassar saat ini pun telah mengalami amnesia ontology, ini dapat kita lihat dari dinamika yang terjadi di dalamnya, tak adanya visi yang jelas serta target dan strategi dalam memahami seluruh persoalan internal dan eksternal, menjadikan HMI Cabang Makassar berada pada dimensi amnesia titik ekstrim.

Kondisi ini diperparah dengan jargon-jargon bahwa memang saat ini seluruh elemen dan oranisasi kemahasiswaan juga mengalami kemandekan, lagi-lagi dengan alasan bahwa kader2 kurang motivasilah, ada peta konfliklah dan berbagai alasan yang menurut penulis adalah alasan yang tidak rasional, dan bahkan jargon2 tersebut kalau tak segera diberangus dalam mind kader-kader HMI Cabang Makassar saat ini, maka lambat laun jargon2 itu akan menjadi sebuah nilai yang melembaga dan akhirnya menjadi sebuah Ideology. Sekali lagi Karl Marx mengingatkan kita bahwa Ideology adalah sebuah kesadaran palsu. Yang paling menarik kita amati adalah bahwa ternyata kader-kader HMI cabang Makassar sudah menagalami ketumpulan rekayasa dalam menyelesaikan problem internalnya, ini terbukti dengan tak adanya guliran dan pasokan wacana yang bisa mengawal kondisi kelesuan tersebut, paling tidak ada perbincangan yang intens terhadap kondisi tersebut, ataukah jangan-jangan kader-kader HMI cabang Makassar sudah kehilangan aura intelektualitasnya, semoga jangnlah!. Karena tak adanya rekayasa kelembagaan yang mumpuni maka, paraksis nyatanya yang dapat dirasakan saat ini di HMI cabang Makassar adalah kader2 mengalami kegamangan, tak jelas mau melakukan apa dan mulai dari mana, bagi penulis kondisi ini dalam rekayasa social sering diistilahkan dengan involusi perubahan, suatu perubahan yang dilakukan tetapi sesungguhnya tidak ada perubahan sama sekali.

Akhir dari cerita ini penulis ingin menitip salam kepada seluruh stekholder yang ada dalam lingkup HMI cabang Makassar, baik itu cabang, komisariat, korkom, tak terlupakan Badko dan para senior-senior untuk sama-sama melakukan re-Ontologis terhadap dinamika perkaderan dan perjuangan di HMI cabang Makassar, sebab tanpa pelibatan seluruh elemen dan kekuatan yang selama ini sudah mentradisi dan mengakar di HMI cabang Makassar, maka saya kira involusi perkaderan dan perjuangan itu akan tetap ada. Mari kita sama-sama turun gunung kalau kita merasa senior, mari kita berpartisipasi aktif kalau posisi kita sebagai kader, dan mari kita bertanggung jawab dan menjaga amanah kalau posisi kita sebagai pengurus dalam struktur pimpinan maupun pembantu pimpinan, sebab saya kira tanpa itu semua HMI cabang makassar akan tetap pada dinamika kelesuannya.

Saatnylah HMI Memanggil kita semua untuk sama2 melakukan rekayasa organisasi demi pembaharuan-pembaharuan HMI kedepan terutama di lingkup konten HMI cabang Makassar, Semoga!!!.

* Mantan Pengurus HMI cabang Makassar Periode 2006-2007

0 komentar :

Posting Komentar