Pendulum
waktu itu lamat-lamat menemui ujungnya, dan aku disini, hanya berharap cemas
tentang dirimu. Sama seperti yang lalu, aku hanya dapat melihat dan memandangmu
dari kejauahan. Tak sanggup aku merekam jejak seluruh nafas hidup dan obsesi
yang setiap detik menusuk jati diriku.
Masih
seperti yang dulu, engkau dengan setia menemaniku dalam lamunan syahdu efos
sejarah cinta yang kita berdua tak pernah tahu kapan akan berujung. Sebab,
awalnya pun tak pernah dimulai. Aku mengisahkan miliyaran kecupan nanar dalam
nubuat cerita tak ber-tuan. Maha kisah itulah yang membuat kita berdua
bergairah dalam pelarian kesunyian selama ini.
Suatu
waktu, engkau bertutur. Mengungkap gelisah yang tak kau pahami. Aku pun,
meyakinkanmu bahwa gelisah itu adalah bagian dari pilihan ideologi-hidup. Kau tau,
apa itu ideologi-hidup.? Engkau hanya menjawabnya dengan satu kecupan kata, “perlawanan”.
0 komentar :
Posting Komentar